Minggu, 25 November 2007

poligami1

Perempuan kadang-kadang aneh, kita cenderung menyalahkan kaum kita juga.
Dalam perjalanan menuju lokalisasi tanjung uncang di kota batam, salah seorang kolega dokter bercerita soal koleganya yang baru saja mengantar suaminya untuk kawin lagi. Yang bikin saya kecewa, ibu itu bilang, bahwa koleganya itu salah juga karena terlalu sering meninggalkan suami untuk bekerja dari pagi sampai malam, makanya suaminya jadi mau poligami. Menurut gue ini sama sekali bukan alasan laki-laki boleh poligami.
Dalam perjalanan dari tanjung uncang ke hang nadim, vivi cerita kalo dia seneng banget makan di ”wong solo” soalnya enak katanya. Gue bilang, meskipun gue tergiur dengan iming-iming enaknya ayam bakar wong solo, gue gak akan mau makan di sana.
Gue setuju banget sama kiki, bahwa pelaku poligami atau peselingkuh itu harus dihukum secara sosial. Begitupun wong solo, gue pikir, dengan banyaknya media yang menulis tentang ke-poligamian wong solo, dan berpihak, ini sih sama sekali bukan hukuman sosial. Apalagi rame-rame makan di sana....???

Jumat, 16 November 2007

My Superstar




I love you my biggest superstar


You are the best gift ever




If someone ask me what is the most beautiful thing I have ever seen, I will definitely say, "my superstar eyes when he first realized the beautiful of the moon shone up high in the sky..."

Senin, 12 November 2007

Selingkuh1

Mungkin laki-laki menganggap perkawinan adalah hal yang "segalanya tetapi terpisah dari kehidupannya". Laki-laki ketika berselingkuh dan ketahuan akan mengatakan kalau hubungannya dengan perempuan lain itu sebagai "bukan apa-apa" dan akan bilang kalau istri, anak dan keluarganya adalah segalanya buatnya.
Selingkuh sekarang ini adalah fenomena, bukan suatu kejadian. Semakin banyak orang yang beranggapan kalau selingkuh itu "bukan apa-apa". Coba perhatikan sinetron2 sekarang, lagu2 sekarang, berapa banyak yang mengusung tema selingkuh, dan dibenarkan. bahkan ada lagu bodoh yang dibawakan oleh perempuan yang meminta untuk "dijadikan yang kedua".
Gue terus terang khawatir dengan fenomena ini. Gue menganggap lagu itu "inspiring", bisa mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebayangkan kalo banyaknya lagu yang berpihak pada selingkuh, bahkan menjadikan orang ketiga ini sebagai orang yang teraniaya, bagaimana nasib anak-anak kita.
Gue korban selingkuh juga, baik secara langsung dan gak langsung. Gue cerita yang gak langsung aja ya, misalnya, Akibat poligami, gue jadi gak kenal sama tante-tante dan om gue (saking banyaknya...hehehe). Nyokap gue pun manggil bokapnya "om", dan gue pun jadi gak cukup kenal dengan sosok "om" ini (mungkin dianya juga pusing kali ya kebanyakan cucu...).