Rabu, 30 Desember 2009

Pak Gus Dur yang Kukenang

Pak Gus Dur...hmm, I know, harusnya gak usah pake Pak, tapi, buatku rasanya janggal menyebut beliau hanya dengan Gus, jadilah kusebut beliau Pak Gus Dur. Bukan mau sok kenal ataupun sok dekat dengan sosok Gus Dur, tapi, memang "bukan kebetulan" (kenapa bukan kebetulan? di catatan lain lah ceritanya...:)) abangku satu-satunya jatuh cinta dengan anak ketiga Pak Gus Dur dan menikahinya, maka jadilah kami beripar. Jadi, catatan ini hanya catatan tentang Pak Gus Dur dari orang yang hanya meng"intip-intip" dari jauh.... :)
Padaku, Pak Gus Dur mencontohkan bagaimana menjaga silaturahmi dengan baik, gimana tidak, hal mengejutkan pertama bagi keluarga kami adalah ketiga Pak Gus Dur dan keluarga berkunjung ke rumah kami untuk berkenalan (sebelum pernikahan)...hmm...kami kalang-kabut....waduh, gimana mungkin pak gus dur dan bu shinta datang ke gang sentiong? gimana parkirnya? gerah gak ya di rumah, pintu rumah cukup lebar gak ya? rumah cukup pantas gak ya? makannya apa ya? tetangga heboh gak ya?? hahaha...hal2 seperti itulah...tapi, semua berjalan baik, karena intinya memang bukan rumah yang ber-AC, berpintu lebar, pantas dan makanan enak...dan...pastinya bukan sekali itu aja beliau mengunjungi gang sentiong ataupun mengunjungi besannya, pernah sekali waktu ibu dirawat di RS, beliau yang juga baru pulang rawat rumah sakit datang mengunjungi, beliau yang masih lemah tidak banyak bicara, tapi, pastinya membuat ibuku berbunga-bunga, dan aku petik teladan...
Tiga bulan yang lalu, saat Idul Fitri, satu hari sebelum keberangkatanku ke LA, kami sempat bertemu dan aku dapat "restu" Pak Gus Dur, dan Doanya...Hehehe...untuk sebagian politisi dapat "restu" Gus Dur gimanaaaaa gitu..... Selamat Jalan Pak Gus Dur, semoga duniamu yang di sana adalah dunia yang lebih indah dan lebih baik, dunia yang kamu impikan.... !!!

Negri Merah-Putih


Buatku, rumput tetangga tidak pernah lebih hijau dari rumputku. Mau di negara yang lebih poor dari negaraku atau yang lebih beradab, tetap saja negri sendiri lebih nyaman buatku dan membuatku lebih bersyukur dilahirkan di negri merah-putih. Bagaimanapun kondisi, situasi, dan orang-orang di dalamnya sudah berubah. Meskipun menghela nafas, mengurut dada, memaki yang kudedikasikan untuk negriku kadang kulakoni.
Dan...tiap malam kunyanyikan bersama Rava "lagu tentara" (sebut Rava), yang diajarkan sang kakek padanya. Berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira, di seluruh pantai Indonesia, Kau tetap pujaan bangsa, siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela, sang merah putih yang perwira, berkibarlah slama-lamanya....