Kamis, 13 Desember 2007

What happen to the love after marriage...?

Sebagian besar bilang cinta akan hilang setelah beberapa lama bersama-sama. Getar cinta, binar-binar dan sinaran cinta di mata kekasih bisa menghilang. Sebagian lagi mungkin akan bilang cinta bertransformasi menjadi hanya rasa sayang, seperti sayang untuk teman, seperti sayang untuk kakak atau adik, tetapi rasa deg-degan ketika bertemu kekasih, canggung ketika bersama, dan malu-malu ketika bersamanya akan lenyap perlahan-lahan seiring dengan berjalannya waktu. Sebagian lagi malah bilang cinta sudah menguap sama sekali.
Rutinitas kemudian menjadi sesuatu yang sangat membosankan, menjadi momok, menjadi sesuatu yang sangat tidak menyenangkan, sehingga bisa dijadikan alasan oleh seseoran untuk mencari ”hiburan” dari tempat (baca=orang) lain.
Kemudian apalagi yang tersisa dan yang membuat seseorang tetap bertahan di dalam lingkaran perkawinan. Menurut saya RASIONALITAS. Ketika rasional seseorang mendominasi, hal-hal buruk seperti perselingkuhan tidak akan terjadi.
Sayangnya, tampaknya rasional ini lebih banyak dipunyai perempuan. (Salah kalau dibilang perempuan lebih punya emosi daripada rasio, sedangkan laki-laki sebaliknya). Perempuan ketika akan selingkuh dari suaminya pasti banyak pertimbangannya, nanti anaknya beginilah, nanti teman-teman bilang begitulah, keluarga begini, suami begitulah, dan lain-lain. Tetapi laki-laki sepertinya tidak seperti itu. Ini bisa dilihat bahwa laki-lakilah yang lebih banyak selingkuh dibanding perempuan.
Kemudian yang menjadi korban dari kebodohan itu adalah perempuan yang kemudian berimbas pada anak dari hasil cinta mereka (dahulu...). Perempuan akan mulai berpikir, apa yang salah dengan dirinya, apa yang kurang dari dia, apa dia kurang cantik, apa dia kurang kurus, apa dia kurang muda, apa dia kurang melayani, apa dia membosankan.


Kemudian sang anak akan merasa tertipu, hatinya hancur, apalagi kalau anak perempuan (anak perempuan biasanya mengidolakan ayahnya dan ingin kalau punya suami seperti ayahnya...). kemudian kalau laki-laki tidak bisa melepaskan diri dari jerat perselingkuhan, dan malah menjatuhkan talak pada istrinya, keluarga akan hancur-lebur. Harga diri peerempuan terkoyak koyak, banyak yang kemudian menjadi depresi dan tidak percaya diri.

Anak-anak bertanya-tanya, kenapa ayahnya meninggalkannya, apa ayah tidak mencintainya, apa karena dia nakal, apa karena dia tidak mau makan, apa karena dia kurang pintar di sekolah, apa karena dia tidak cantik, kenapa ayah meninggalkan ibu, kenapa ayah tidak mencintai ibu. Lantas, di kemudian hari ketika si-anak sudahh dewasa, dia akan berpikir sejuta kali untuk menikah. Apakah laki-laki yang dicintainya benar-benar mencintainya, apakah laki-laki yang dicintainya bisa terus mencintainya, apakah laki-laki itu tidak akan mengecewakannya, bisakah laki-laki itu menjaga hatinya, menjaga cintanya, menjaga nafsunya. Kemudian ketika menikahpun si-anak tidak akan terlepas dari traumanya dahulu, dan masih membawa-bawa trauma itu ke dalam kehidupan tumah tangganya. Dia bisa menjadi sangat protektif (baca=mengekang) terhadap suaminya, lantas menularkan rasa tidak percaya diri pada anaknya

1 komentar:

maenmaen mengatakan...

Betul Mbak Tiara,
Dari tinjauan hipnosis, bahwa ada alam sadar dan alam bawah sadar. Alam sadar kita hanya memberikan kontribusi 12% dalam melakukan kehidupan sehari-hari kita, 88% lebih berdasarkan alam bawah sadar kita.
Alam bawah sadar butuh dirangsang terus menerus, sehingga hubungan antara suami dan istri dapat terjalin dengan baik, misal dengan memberikan rayuan. Event rayuan itu adalah rayuan gombal, alam bawah sadar kita akan menyenangi hal itu. Sayangnya, orang-orang sekarang banyak lupa hal tersebut. Repotnya kalau alam bawah sadar, diisi oleh orang lain. Pengalaman saya banyak orang selingkuhan, terjadi karena ucapan sayang, memberikan perhatian dan rayuan-rayuan gombal kepada orang lain, yang akhirnya terjebak.
Di situlah pentingnya kita harus berhati-hati dalam mengucapkan atau bertindak sesuatu.